Kamis, 23 April 2015

Kala Presiden Suriname Suka Urap dan Masakan Indonesia Lainnya

Suriname adalah negara kecil di benua selatan Amerika. Banyak keturunan Jawa di sana. Tak heran bila Presiden Suriname Desire Delano Bouterse pun gemar sayur urap dan masakan Indonesia lain.

"Saya suka gudangan," demikian kata Presiden Suriname Desire Delano Bouterse saat berbincang santai dengan Dubes RI untuk Suriname, D Supratikno dalam rilis KBRI Paramaribo yang diterima detikcom, Jumat (24/4/2015).

Gudangan adalah makanan khas Indonesia berupa sayur-sayuran yang dilengkapi dengan parutan kelapa berbumbu, dikenal pula dengan sayur urap.
Presiden Bouterse malah sempat menjelaskan bahwa kuliner masyarakat Jawa sudah menjadi bagian dari kuliner bangsa Suriname.

Bahkan Ibu negara Ingrid Bouterse yang ikut dalam pertemuan tersebut juga menceritakan bahwa keluarganya masih ada keturunan Jawa, maka makanan Jawa bukan hal yang asing lagi dan tidak heran mengenal baik pula batik Indonesia.

Makanan khas Indonesia yang menjadi trademark di Suriname dan dapat dijumpai di warung-warung makan Jawa antara lain bakmi goreng, soto, pecel, lumpia, dawet, sate ayam, gudangan/urap dan sate sapi. Memang makanan-makanan tersebut tentunya telah disesuaikan dengan citarasa dan ketersediaan bahan baku di Suriname, yang menjadikannya sedikit berbeda dengan makanan asli dari Indonesia.

Di Suriname, tidak akan ditemui lumpia yang berisi rebung, melainkan campuran daging ayam dan kacang panjang. Sementara sate ayam dan sate sapi di Suriname ukuran dagingnya jauh lebih besar daripada sate di Indonesia.

KBRI Paramaribo juga bekerja sama dengan Televisi Mustika - televisi lokal yang dikelola oleh masyarakat keturunan Jawa di Suriname, telah mengadakan acara bulanan "Dapur Indonesia" sejak tahun 2010. Dapur Indonesia telah menjadi icon menarik bagi pemirsa televisi di Suriname, karena selain memperkenalkan kembali masakan-masakan khas Indonesia, program ini juga mengajarkan cara memasak resep-resep makanan tersebut.

Pada kesempatan bulan April 2015 ini, Dapur Indonesia menyajikan resep makanan Tum Ayam Bali yang menyerupai pepes dan galantin Solo yang mirip steak. Tum Ayam Bali diperagakan oleh Ni Luh Made Agustini yang merupakan guru tari Indonesia, sedangkan galantin Solo dipraktekkan oleh Windriya Novila, istri staf diplomat KBRI Paramaribo.

Berdasarkan respons pemirsa, program Dapur Indonesia memperoleh sambutan yang cukup baik dari seluruh lapisan masyarakat Suriname, bukan hanya dari masyarakat keturunan Indonesia. Kegemaran masyarakat Suriname akan masakan khas Indonesia juga dapat terlihat secara nyata di tengah maraknya makanan khas dari etnis lainnya seperti Hindustani dan China. Dalam setiap pameran dagang terpadu dan bazaar yang diselenggarakan oleh KBRI Paramaribo, stand makanan khas Indonesia dari KBRI menjadi daya tarik tersendiri dengan pembeli terbanyak.

Ketertarikan akan makanan khas Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan ragam masakan Nusantara melalui apa yang disebut diplomasi. Diplomasi kuliner memperkenalkan ragam masakan khas Indonesia dapat dilakukan secara berkesinambungan. Melalui diplomasi kuliner diharapkan masyarakat internasional secara tidak langsung akan mengenal pula keanekaragaman etnis dan budaya Indonesia. Tentunya hal ini berujung pada ketertarikan mereka untuk melihat langsung dengan berkunjung ke Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar